Panas matahari sudah sangat terasa menyengat sekali disiang itu. Berbekal petunjuk dari mas dan mbak penjaga di Candi Losari, kulanjutkan perjalananku ke lokasi selanjutnya yaitu Candi Gunungwukir. Waktu sudah menunjukan pukul 12.00 tepat, panas matahari yang menyengat serta rasa dehidrasi yang seakan menyekik tenggorokanku membuatku berpikir untuk mencari tempat untuk istirahat sejenak meredakan badan dari panasnya sinar matahari. Setelah kami berdua sempat berdiskusi, diputuskanlah untuk mencari masjid terdekat untukku bisa istirahat sejenak serta si Eko bisa menjalankan Sholat Luhur. Sembari menunggu Eko yang sedang sholat, aku ikut membersikan muka yang rasanya terasa sangat panas karena terpapar sinar matahari, dan sedikit membasahi tenggorakan dengan air mineral yang kubeli dari toko yang kukira sudah menjamur diseluruh plosok Indonesia. Setelah selesai sholat dan dirasa cukup istirahat, perjalanan kami lanjutkan kembali. Perjalanan diawalai dengan kembali menuju ke jalan raya Jogja-Magelang yang ramai dengan bus-bus wisata, truk dan mobil pribadi yang seakan tak mau mengalah tuk memberi sedikit jalan bagi kami pengendara sepeda motor. Dengan pelan-pelan dan hati-hati kuarahkan sepeda motorku berjalan kearah barat dengan menyusuri sedikit aspal jalan yang masih tersisa, dengan harapan kami dapat segera sampai di pertigaan lampu merah yang dikatakan oleh sepasang suami istri penjaga Candi Losari tadi, pertigaan tersebut akrab dengan julukan pertigaan semen. Setelah akhirnya sampai di pertigaan tersebuat kubelokan sepedaku kearah kiri masuk ke jalan pedesaan. Kupacu sepeda motorku sambil sesekali aku melihat kiri jalan, karena menurut informasi akan ada petunjuk arah menuju desa tempat Candi Gunungwukir berada. Benar saja setelah sekitar 1 km kutemukan papan petunjuk Candi Gunungwukir. Setelah menemukan petunjuk kuikuti arah petunjuk itu hingga masuk kesebuah perkampungan yang bernama Kadiluwih. Perjalanan belum selesai sampai disitu, kuparkirkan kendaraanku dirumah warga setempat dan kumulai perjalanan yang lebih extrim lagi yaitu dengan berjalan kaki menaiki sebuah bukit setinggi kurang lebih 335 mdpl, karena hanya itulah jalan satu-satunya untuk menuju Candi Gunungwukir yang berada dipuncak bukit. Setelah melewati sungai, sawah dan perjalanan menanjak diantara pohon jati dan pohon bambu, akhirnya kelelahan kami terbayar sudah setelah sampai di puncak bukit dengan disambut oleh pemandangan reruntuhan Candi Gunungwukir yang menurutku itu indah dan menakjubkan. Setelah beristirahat sejenak kulanjutkan dengan mengabadikan setiap detail Candi Gunungwukir dengan kamera yang selalu kubawa. Tentu saja sebelum mengambil gambar Candi Gunungwukir kami meminta ijin dulu kepada satpam yamg menjaga Candi Gunungwukir
 |
Candi Gunungwukir |
Candi Gunungwukir berada di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi Gunungwukir adalah Candi yang berlatar belakang agama Hindu yaitu ditandai dengan adanya temuan satu bangunan Candi Induk mengadap ke timur, tiga Candi Perwara menghadap kebarat yang berada didepan Candi Induk, satu buah Arca Nandi dan tiga buah Yoni di lokasi Candi. Candi Gunungwukir ditemukan sekitar tahun 1800an dalam kedaan sudah runtuh dan banyak batu penyusun Candi yang telah hilang. Menurut beberapa artikel yang ku baca, Candi Gunungwukir adalah Candi teretua dan pertama yang didirikan oleh Raja Sanjaya raja pertama sekaligus pendiri kerajaan Mataram kuno dan pendiri Wangsa Sanjaya. Hal ini dikuatkan dengan temuan Prasasti yaitu Prsasti Canggal yang berangka 654 Saka atau 732 Masehi, berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti itu ditemukan terbelah menjadi dua bagian yang satu ditemukan di halaman Candi dan yang satunya lagi ditemukan dilereng bukit. Isi dari prasasti itu diantaranya: (1) Pendirian Lingga oleh Raja Sanjaya diatas Gunung, (2) Pemujaan terhadap Dewa Shiwa, Brahma dan Wisnu, (3) Pulau Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan banyak menghasilkan padi, (4) Pulau Jawa yang dulu diperintah oleh Raja yang adil, bijaksana dan bermurah hati bernama Sanna yang ketika wafat negara sangat berkabung, (5) Pengganti Raja Sanna yaitu Sanjaya yang diibaratkan dengan matahari, (6) Kesejahteraan, keamanan dan ketentraman negara (Sumber: www.wikipedia.org). Demi keamanan, Prasasti tersebut sekarang disimpan di Musium Nasional Jakarta. Menurut informasi sampai sekarang di hari dan bulan tertentu umat Hindu juga masih sering datang ke Candi Gunungwukir untuk bersembahyang.
 |
Jalan tanah menuju Candi Gunungwukir |
 |
Jalan tanah menanjak menuju Candi Gunungwukir |
 |
Gambar Candi Gunungwukir Tahun 1938 (Sumber: www.google.com) |
 |
Candi Induk Gunungwukir |
 |
Candi Perwara I Gunungwukir |
 |
Candi Perwara II Gunungwukir |
 |
Candi Perwara III Gunungwukir |
 |
Yoni di Candi Induk Gunungwukir |
 |
Arca Nandi di Candi Perwara II Gunungwukir |
 |
Yoni di Candi Perwara I Gunungwukir |
 |
Yoni yang diperkirakan letaknya di Candi Perwara III Gunungwukir |
 |
Batu penyusun Candi Gunungwukir |
 |
Ratna dan batu penyusun Candi Gunungwukir |
 |
Batu penyusun Candi Gunungwukir |
 |
Eko dan Yoni raksasa |
 |
Aku di Candi Gunungwukir |
 |
Prasasti Canggal (sumber gambar: www.google.com) |
 |
Papan nama Cagar Budaya Candi Gunungwukir |
Tidak terasa dari siang pun mulai berganti sore, karena kami masih ada satu lagi lokasi yang harus dikunjungi, maka kami segera berpamitan dengan bapak satpam yang menjaga Candi Gunungwukir dan bergegas menuruni bukit untuk selanjutnya menuju ke tujuan beriktnya yaitu Candi Gunungsari. Demikian blusuk'anku di Candi Gunungwukir, semoga dapat menjadikan informasi berwisata ke Candi-candi dan Situs-situs. Salam Blusuk'an Golek Watu. ^_^
No comments:
Post a Comment